Minggu, 06 Juni 2010

Ctl

latar belakang
Munculnya pendekatan Kontekstual didasarkan pada kenyataan bahwa sebelum sekolah anak terlihat lancer, selalu belajar apap yang diinginkannya dengan riang dan gembira. Menggunakan segala sesuatu yang terdapat disekitarnya terutama yang menarik perhatiannya., dan membangun sendiri pengetahuannya lewat pengalaman nyata sehari-hari. Tetapi setelah mereka masuk sekolah anak dipaksa belajar dengna cara gugu, suasana pembelajaran tegang, belajar seringkali tidak bermakna karena pengetahuan yang diperolehnya tidak dapat digunakan dalam kehidupannya sehari-hari, siswa seringkali belajar sesuatu yang tidak menarik perhatiannya, anak menjadi pendiam dan pasif, makin tinggi kelas anak semakin kurang insiatif dan keberanian anak untuk bertanya dan mengemukakan pendapat.
Misalnya PBM disekolah terutama yang berkaitan dengan pembelajran sains, sringkali membuat kecewa berbagai pihak, apalagi jika dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi ajar saina masih rendah. Banyak siswa yang mampu menyajikan tingkat hapalan yang bai terhadap materi ajay yang diterimanya, tetapi mereka kurang memahaminya. Sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan terebut akan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa memiliki kesulitan untuk memehami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan yaitu dengan menggunakan sesuatu yang abstarak dengan metode ceramah. Padahal mereka sangat butuh untuk memehami konsep-konsep yang berhubungan dengan lingkungan dan masyarakat pada umumnya dimana mereka akan hidup dan bekerja.





PEMBAHASAN
Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru sebagai utama pengetahuan, sehingga ceramah akan menjadi pilihan utama dalam menentukan strategi belajar. Sehingga sering mengabaikan pengetahuan awal siswa.Untuk itu diperlukan suatau pendekatan belajar yang memberdayakan siswa. Salah satu pendekatan yang memberdayakan siswa dalah pendekatan kontekstual (CTL).
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif - nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Rasional
Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.
Pemikiran Tentang Belajar
Proses belajar anak dalam belajar dari mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Transfer belajar; anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Siswa sebagai pembelajar; tugas guru mengatur strategi belajar dan membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru, kemudian memfasilitasi kegiatan belajar. Pentingnya lingkungan belajar; siswa bekerja dan belajar secara di panggung guru mengarahkan dari dekat.
Ada tujuh indokator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya,
1. Modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh),
2. Questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi),
3. Learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan),
4. Inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan),
5. Constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis),
6. Reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut),
7. Authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).
CTL dikembangkan oleh The Washington State Concortium for Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunai pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan kepada guru-guru dari enam propinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual di Amerika Serikat, melalui Direktorat SLTP Depdiknas
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menhadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk meggapinya.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan trategi daripada memberi informasi. Guru hanya megelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student centered daripada teacher centered. Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut:
1) Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa .
2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama.
3) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan mengkaiykan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual.
4) Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan hidup mereka.
5) Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refeksi terhadap rencana pemebelajaran dan pelaksanaannya.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami (experiencing), menerapkan (applying), bekerjasama (cooperating) dan mentransfer (transferring).
1. Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru. Kurikulum yang berupaya untuk menempatkan pembelajaran dalam konteks pengalaman hidup harus bisa membuat siswa memperhatian kejadian sehari-hari yang mereka lihat, peristiwa yang terjadi di sekitar, atau kondisi-kondisi tertentu, lalu mengubungan informasi yang telah mereka peroleh dengan pelajaran kemudian berusaha untuk menemukan pemecahan masalah terhadap permasalahan tersebut.
2. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
3. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan relevan.
4. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata. Seorang karyawan yang dapat berkomunikasi secara efektif, yang dapat berbagi informasi dengan baik, dan yang dapat bekerja dengan nyaman dalam sebuah tim tentunya sangat dihargai di tempat kerja. Oleh karena itu, sanat penting untuk mendorong siswa mengembangkan keterampilan bekerja sama ini.
5. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan hapalan.
Menurut Blanchard, ciri-ciri kontekstual:
1) Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah.
2) Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks
3) Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri.
4) Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara mandiri.
5) Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda.
6) Menggunakan penilaian otentik
Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic). Adapaun tujuh komponen tersebut sebagai berikut:
1. Konstruktivisme (constructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya.
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual Karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclusion).
3. Bertanya (Questioning)
Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar atau bisa juga Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar bekerjasama dengan orang lain lebih baik dari pada belajar sendiri tukar pengalaman berbagi ide.
5. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan ,melibatkan siswa berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik.dan juga mendatangkan dari luar.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa, pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya.


7. Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment)
Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Penekanan penilaian otentik adalah pada; pembelajaran seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di akhr periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.
Karakteristik Pembelajaran Berbasis Ctl
 Kerjasama
 Saling menunjang
 Menyenangkan
 Tidak membosankan
 Belajar dengan bergairah
 Pembelajaran terintegrasi
 Menggunakan berbagai sumber
 Siswa aktif
 Sharing dengan teman
 Siswa kritis, guru kreatif
 Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dll
 Laporan kepada orang tua bukan hanya raport, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa dll.
Teori-teori dalam CTL
Ada beberapa teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang melandasi penggunaan CTL ( Contextual Teaching and Learning ) dalam proses pembelajaran diantaranya:
1. Knowledge-Based Contructivism, yang menekankan kepada pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka sendiri melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar.
2. Effort-Based Learning/Increment Theory of Intelligence. Bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar akan memotivasi seseoran untuk terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan kimetmen untuk belajar.
3. Socialization, yang menekankan bahwa bealajar merupakan proses social yang menentukan tujuan belajar, oleh karena itu factor social dan budaya perlu diperhatikan selama perencanaan pengajaran.
4. Situated Learning, yaitu pengetahuan dan pembelajaran harus dikondisiskan dalam fisik tertentu dan dalam konteks social (masyarakat, rumah, lingkungan dsb ) dalam mencapai tujuan belajar.
5. Distributed Learning, manusia merupakan bagian terintegrasi dari proses pembelajaran oleh karena itu harus berbagai pengetahuan dan tugas-tugas.

Pendekatan CTL
Pendekatan CTL merpakan pendekatan poembelajaran yang merupakan kombinasi dari berbagai pendekatan-pendekatan pembelajaran dan metode-metode pembelajaran. Berbagai pendekatan yang dapat dikombinasikan dalam pedekatan CTL adalah
1. Problem Based Learning
PBL merupakan pedekatan dalam pembelajaran yang sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar melalui berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah dalam rangka memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi yang dipelajari.
2. Authentic Intruction
Authentic Intruction adalah pendekatan pembelajaran yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna melalui pengembangan keterampilan berpikir dan pemecahan masalah yang penting didalam konteks kehidupan nyata.
3. Inquiry-Based Learning
Inquiry-Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran mengikuti metodologi yang digunakan dalam sains sehingga memberikan kesempatan untuk terjadinya pembelajaran bermakna.
4. Project-Based Learning
Project-Based Learning yaitu pendekatan pembelajran yang memperkenankan siswa untuk bekerja mendiri yang mengkonstruksikan hasil belajarnya (pengetahuan dan keterampilan baru), dan mengkluminasikannya dalam produk nyata.
5. Wor-Based Learning
Wor-Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat bekerja untuk mempelajarai materi ajar dan menggunakannya kembali di tempat kerja.
6. Service Learning
Service Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru dan berbaai keterampilan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat melalui proyek atau tugas terstruktur dan kegiatan lainnya.
7. Cooperative Learning
Cooperative Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam rangka memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Implementasi CTL
Sesuai dengan kebutuhan individual siswa, maka untuk dapat menginplementasikan pembelajaran kontekstual, guru seharusnya.
1. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental siswa.
2. Membentuk grup belajar yang saling tergantung (interdependent learning groups)
3. Mempertimbangkan keanekaragaman siswa (diversity studens).
4. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self regulated learning) dengan tiga karekteristik umumnya ( kesadaran berpikir, penggunaan strategi, dan motivasi berkelanjutan).
5. Memperhatikan multi-intelegensi (multiple intelligence) siswa.
6. Menggunakan tehnik bertanya yang meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir timgkat tinggi.
7. Menggunakan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika ia diberi kesempatan untuk bekerja, menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru (constructivisn).
8. Memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry) agar siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri, bukan hasil dari mengingat sejumlah fakta.
9. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui pengjuan pertanyaan (questioning)
10. Menciptakan masyarakat belajar (learning community) dengan membangun kerjasama antar siswa.
11. Memodelkan sesuatu agar siswa dapat menirunya untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru.
12. Mengarahkan siswa untuk merefleksikan tentang apa yang telah dipelajari.
13. Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment)
Pemikiran Tentang Belajar
Proses belajar anak dalam belajar dari mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Transfer belajar; anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Siswa sebagai pembelajar; tugas guru mengatur strategi belajar dan membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru, kemudian memfasilitasi kegiatan belajar. Pentingnya lingkungan belajar; siswa bekerja dan belajar secara di panggung guru mengarahkan dari dekat.
Penerapan CTL dalam pembelajaran
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan engkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru. Lakukan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua toipik. Kembangkan sifat keingin tahuan siswa dengan cara bertanya. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). Hadirkan model sebagai contoh dalam pembelajaran. Lakukan refleksi pada akhir pertemuan. Lakukan penilaian otentik yang betul-betul menunjukkan kemampuan siswa.
Kelebihan & Kekurangan Contextual Teaching and Learning
 Kelebihan
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
 Kelemahan
1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

PENUTUP
1. Kesimpulan
Di dalam pembelajaran sains, banyak pendekatan metode yang bisa digunakan oleh guru, di antaranya pendekatan lingkungan, pendekatan konsep, pendekatan proses, metode diskusi, metode eksperimen, metode demonstrasi, dan sebagainya. Salah satu pendekatan yang banyak digunakan dalam kegiatan pembelajaran sains dewasa ini adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual bertujuan untuk membantu siswa memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa mempunyai pengetahuan keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari konteks permasalahan yang satu ke konteks permasalahan yang lain.
2. Saran
Kita sebagai guru yang akan memajukan masa depan anak-anak bangsa, supaya lebih bermartabat dan berintelektual tinggi, maka kita pilihlah metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan keadaan lingkungan anak. Jangan samapi memilih metode atau pendekatan sekehendak kita karena akan berakibat patal bagi kehidupan anak.


DAFTAR PUSTAKA

Mulyani, LS. (2009). Dasar-Dasar Pendidikan IPA. Buku Panduan Pendidikan Biologo STKIP Garut : Tidak diterbitkan.
Wikipedia Indonesia.(2008). Menyusun-Model-Pembelajaran-Contextual Teaching-And-Learning-Ctl.php
Wikipedia Indobesia. Pembelajaran-Kontekstualcontextual-Teaching-Learning-Ctl (26 Mei 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar